Lingga adalah sebuah nama pulau yang kini menjadi sebuah Kabupaten Lingga dengan beribukota Daik yang pernah menjadi ibukota Kesultanan Melayu Riau-Lingga.Banyak tapak-tapak sejarah yang dapat dilihat di Lingga tersebut.Beberapa diantaranya ialah:
Masjid Sultan Lingga merupakan salah satu dari beberapa peninggalan sejarah di Lingga yang sampai saat ini masih utuh dan terawat dengan baik.Masjid ini didirikan pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Riayat Syah III.Tahun pembuatan masjid ini tidak dapat dikenal pasti.Tetapi bukti sejarah hanya terlihat dari mimbarnya yang pada screen tertulis 12 Rabiul Awal,Senin 1212 H atau 1792 M.Dari tulisan yang terdapat pada mimbar ini diasumsikan bahwa mesjid ini dibuat pada tahun 1792 M.
Mimbar yang terdapat pada mesjid ini pun screennya dibuat oleh pengukir di kawasan Semarang (Jawa Tengah).Mimbar mesjid terbuat dari kayu jati yang dihiasi dengan ukiran-ukiran khas melayu.Mesjid Sultan Lingga bangunannya dibuat tanpa tiang penyangga.Tinggi bangunan mesjid dari lantai hingga kibah tertinggi mencapai ± 10 m.Mesjid ini terletak di jalan mesjid Sultan Lingga dan berdiri diatas tanah milik Sultan Lingga.
Pada bagian sisi kanan mesjid terdapat sebuah kolam sebagai tempat untuk berwudhu.Dan hal lain yang terdapat di mesjid ini ialah 2 buah meriam yang ditempatkan dikiri kanan depan mesjid,juga terdapat beberapa buah makam dibagian belakang mesjid.Makam yang utama adalah pusara Sultan Mahmud Syah III pendiri Mesjid Sultan Lingga.
2.ISTANA DAMNAH
Istana Damnah adalah satu dari tiga istana yaitu istana kedaton dan istana kenanga.Perkataaan Damnah adalah gabungan dua perkataan harian Melayu lama yaitu dam bermaksud “jauh” dan nah bermaksud “betul”.Jadi nama Istana Damnah bermaksud istana yang jauh betul atau jauh sekali.
Bangunan istana utama itu mempunyai lima balai utama iaitu Balai Rong Seri digunakan bagi perbincangan antara Sultan dan pembesar, Balai Titah yang digunakan bagi Sultan menerima mengadap diplomat asing juga rakyat jelata. Balai Peraduan adalah tempat beradu Sultan dan Permaisuri, Balai Gambang bagi pertemuan sulit Sultan terutama melibatkan keselamatan negara dan Balai Lintang bagi tujuan mengurus kematian kerabat diraja di istana.
3.BILIK 44
Bangunan pondasi ini direncanakan oleh Sultan Muhammad Syah (1832-1841) dan dibangun pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Muzzafar Syah (1832-1857) yang direncanakan sebagai tempat tinggal keluarga sultan atau sumber lain sebagai tempat menyimpan berbagai jenis hasil kerajinan.Ukuran pondasi Bilik
4.MAKAM BUKIT CENGKEH
Makam bukit cengkeh merupakan kompleks pemakaman Sultan Lingga Riau.Dinamakan makam bukit cengkeh karena letaknya di atas bukit.Disekitar bukit ini pada masa lalu banyak tumbuh pohon cengkeh.Untuk memudahkan mengenali makam disini,maka dinamakan Makam Bukit Cengkeh.Mengingat Bukit Cengkeh merupakan salah satu perbukitan di Daik,maka dijadikan tempat pemakaman Sultan.Pintu gerbangnya terbuat dari besi berukuran tinggi sekitar 2 meter dan terletak di sisi tenggara. Di bagian tengah kompleks makam terdapat bangunan berdenah persegi delapan (oktagonal) yang merupakan cungkup makam Sultan Muhammad Syah.
Ada 3 (tiga) Sultan yang dimakamkan di Bukit Cengkeh, yaitu:
1. Sultan Abdurrahman Syah
Putra Sultan Mahmudsyah III ini merupakan Sultan Johor–Pahang–Riau Lingga XVII (1812-1824) dan Sultan Lingga Riau yang pertama (1824-1832). Mangkat di Daik Lingga pada malam Senin 12 Rabiul Awal 1240 H (1832 M) dan bergelar “Marhum Bukit Cengkeh” . Selain dikenal sangat alim dan giat menyebarkan agama Islam, Sultan juga membangun benteng Kuala Daik, Benteng di Bukit Cening dan Benteng di Pulau Mepar.
2. Sultan Muhammad Syah II
Sultan Lingga Riau yang ke-dua ini memerintah dari tahun 1832-1841. Selain membangun Bilik 44 dan Istana Kedaton (Keraton), Baginda Sultan dikenal mencintai bidang seni, seperti seni ukir, tenun dan kerajinan. Mangkat di Daik Lingga pada tanggal 9 Januari 1841 dan diberi digelar “Marhum Kedaton/Keraton”.
3. Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah II
Putra ke-dua Sultan Abdurrahmansyah atau adik dari Sultan Muhammadsyah diangkat menjadi Sultan Lingga Riau IV di Daik (1857-1883). Mangkat pada tahun 1883 dan dimakamkan di Bukit Cengkeh. Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah II dikenal sebagai Sultan yang sangat memperhatikan perekonomian rakyat dan kerajaan seperti menggalakkan penanaman sagu dan gambir, memperkenalkan industri sagu, membangun sarana transportasi seperti kapal Sri Lanjut, Betara Bayu, Lelarum, dan Gempita, mengembangkan penambangan timah di Singkep dan membangun sekolah (kini SD Negeri 001 Daik) yang dibangun pada tahun 1875, serta membangun Istana Damnah (1860). Pada masa ini Lingga mengalami perkembangan perdagangan yang sangat pesat dan jumlah penduduk dari berbagai etnis yang bertempat tinggal di Daik saja mencapai ± 20.000 jiwa.
5.Benteng Bukit Cening
Sebanyak 19 unit mariam peninggalan Sultan Mahmud Riayat Syah di Bukit Cening termasuk salah satu 106 peninggalan sejarah di Lingga. Meriam tersebut dibangun sebagai titik pertahanan kerajaan Kesultanan Sultan Mahmud Riayat Syah III.
Berada di pesisir tenggara Pulau Lingga, moncong meriam menghadap ke laut, dan berada di ketinggian perbukitan sekitar 100 meter dari pemukaan laut.
Keunikan meriam yang ukurannya paling besar di Bukit Cening adalah Tupai Beradu dan Mahkota Raja. Benteng-benteng tersebut dibangun pada abad ke-18 sejak pemerintahan Sultan Mahmud Riayat Syah III pindah dari Hulu Riau ke Daik Lingga.Pada Benteng Bukit Cening tertulis tahun pembuatannya yakni tahun 1797 yang bernama Mahkota Raja (Crown) dan juga tertulis VOC.